Kamis, 31 Maret 2011

Pentingnya Dokumentasi

Pentingnya Dokumentasi

Kamis, 31 Maret 2011 07:43 WIB

Oleh: Asep Sofyan

Ketika Rasulullah SAW menyuruh para sekretarisnya mencatat ayat-ayat Alquran dan surat-surat perjanjian, pada saat itu sebetulnya beliau tengah menekankan pentingnya dokumentasi. Ketika para sahabat, tabiin, dan tabiit tabiin menuliskan sabdasabda Nabi dan menghimpunnya dalam kitab-kitab hadis, mereka tengah menyadari pentingnya dokumentasi.

Ketika para khalifah Islam membangun perpustakaan, menyimpan dan menerjemahkan karya-karya dari bahasa non-Arab, mereka juga tengah meneguhkan pentingnya dokumentasi.

Mengapa kaum Muslim berjaya pada masa lalu? Itu karena, mereka memiliki dokumentasi yang lengkap tentang catatan-catatan peradaban, baik pada masa Islam maupun sebelumnya, baik dari negeri-negeri Islam maupun dari negeri-negeri di luarnya. Keruntuhan Islam dimulai persis ketika pusat-pusat dokumentasi itu hancur akibat serbuan tentara Mongol.

Buku-buku dan koleksi lain yang disimpan di dalamnya hilang, terbakar, atau dibuang ke sungai sehingga konon air sungai di Bagdad hitam pekat oleh tinta.

Meski kemudian tentara Mongol dapat diusir kembali, umat Islam sulit bangkit dari kejatuhannya karena catatan-catatan pengetahuan mereka telah dilenyapkan.

Kita juga patut mencatat, mengapa sejak tiga abad lalu Barat lebih maju daripada Islam. Itu karena mereka melakukan dokumentasi. Mereka memiliki simpanan naskah-naskah, arsip-arsip, maupun benda-benda bersejarah dari seluruh dunia.

Kita tahu banyak naskah kuno dan benda berharga warisan budaya Indonesia justru disimpan di perpustakaan/museum Belanda dan negara-negara Barat lain.

Oleh karena itu, dokumentasi menempati titik sentral bagi majunya suatu peradaban. Dokumentasi bisa dilakukan oleh individu, organisasi, maupun negara. Tapi sayangnya, pusatpusat dokumentasi di negara kita masih sangat minim.

Perpustakaan, taman bacaan, museum, dan pusat arsip yang ada pun kondisinya memprihatinkan, baik dari kuantitas, koleksi, maupun dari jumlah pengunjung.

Perpustakaan di universitas atau sekolah mungkin agak mendingan, tapi perpustakaan di kantor-kantor instansi, masjid, ataupun di tempat umum hampir semuanya bernasib sama, sepi pengunjung. Sepi pengunjung berarti sepi pembaca.

Namun, betapa pun pentingnya dokumentasi, itu baru langkah awal. Melakukan dokumentasi semata tidak lantas membuat sebuah bangsa menjadi maju peradabannya. Dokumentasi harus diikuti oleh langkah selanjutnya, yaitu membaca, menelaah, memaknai, dan menciptakan karya baru.

Warisan masa lalu jangan dibiarkan usang. Pelajari, maknai, dan ciptakan kembali dalam bentuk dan semangat yang sesuai untuk zaman berjalan. Dengan itulah, suatu bangsa akan mengalami kemajuan.

Oleh karena itu, jika akhir-akhir ini terdengar isu ada sebuah pusat dokumentasi yang terancam ditutup, barangkali itu tidak semata kesalahan pemerintah. Kita jugalah yang jarang mengunjunginya, sehingga pihak yang berwenang lupa bahwa tempat tersebut ada dan patut dilestarikan.

Sumber:http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/03/31/liwco7-pentingnya-dokumentasi


Rabu, 23 Maret 2011

Surat Buat Dijaku


Halo Dija :)
Mungkin kita belum pernah kenal secara langsung yah, tapi setelah saya baca tulisan tentang Dija di blognya Tante Elsa, saya langsung jatuh cinta sama Dija.

Saat Dija baca surat ini pasti Dija sudah mulai bersekolah yah dan mulai punya banyak teman. Pintar-pintar memilih teman yah Dija, jangan ikut-ikut teman yang nakal dan Dija harus selalu rajin bersekolah dan belajar.

Selamat ultah yang ke 7 yah Dija... Semoga Dija jadi anak yang sholehah, cerdas dan selalu sayang sama Tante Elsa, Ayah & Kakak-kakak Dija serta semua orang yang sudah merawat Dija, sejak Dija lahir sampai sekarang. I Love U Dija.

Tulisan ini saya ikut sertakan dalam Dija's First Birthday Giveaway: Letters to Dija.

Senin, 21 Maret 2011

Quote

"Cinta memang tidak bisa membuat perut kenyang, tapi cinta seharusnya bisa membuat kita berusaha membuat perut keluarga kita kenyang."


Jumat, 18 Maret 2011

Update: Eri

Sejak hari Sabtu siang minggu kemarin Chusaeri panas, saya pikir ini panas biasa karena memang semenjak Eri saya titipkan ke tetangga semenjak 2 minggu terakhir memang setiap hari Sabtu biasanya panas. Tapi Sabtu minggu lalu sepertinya tidak seperti Sabtu biasanya. Dia sudah tidak mau main dan tidak mau makan, hanya ingin tiduran sambil menonton televisi. Setelah diberikan obat penurun panas, panas tubuhnya turun tapi kembali panas setelah efek obatnya hilang.

Pada malam hari, 30 menit setelah minum susu, Chusaeri saya berikan obat penurun panas, tapi ternyata dia muntah. Saya sungguh panik dan khawatir karena kebetulan di rumah hanya berdua dengan Eri, ayahnya sedang ke Lampung dan ibu saya sedang menemani kakak saya yang belum lama ini melahirkan di Jakarta.

Keesokkan harinya Eri kembali muntah setelah minum obat. Untungnya ibu mertua saya datang dan menunggui Eri sampai dia mau makan (terima kasih ibu mertuaku :)). Alhamdulillah setelah mau makan dan minum obat, panas Eri turun dan dia sudah tidak lemas lagi. Kondisi tubuhnya terus membaik, tapi saya dan ibu mertua saya tetap memutuskan untuk membawa Eri ke dokter spesialis anak langganan kami pada hari Senin.

Pada hari Senin, saya menghubungi tempat praktek dokter tersebut dan dikabarkan dokternya sedang ada di luar kota dan baru praktek kembali bulan depan. Saya jadi bingung, karena hanya dokter spesialis anak tersebut yang cocok dengan anak saya. Setelah berdiskusi dengan keluarga dan melihat kondisi Eri yang sudah tidak panas dan terus membaik, malah Chusaeri sempat foto-foto saat minum jus, salah satunya foto yang di atas itu. Maka saya memutuskan untuk berobat ke dokter umum langganan kami saja.

Sore harinya, saya dan Eri berangkat ke dokter umum yang kebetulan tidak terlalu jauh dari rumah kami. Saya sungguh kaget dengan diagnosa dokter tersebut, ternyata Eri didiagnosa sakit gejala tipes. Mohon maaf yah teman-teman kalau beberapa hari ini saya belum sempat blogwalking...

Selasa, 08 Maret 2011

Quote

"Janganlah persempit manfaat diri,
jadilah laki-laki & perempuan yang punya banyak manfaat."